“Jadi cowok harus kuat ga boleh nangis dong!” begitulah kalimat yang sering kali diucapkan oleh banyak orang kepada laki-laki yang menjadi stigma bahwasanya pria tidak boleh lemah. 

Kata-kata seperti ini bisa dikatakan toxic masculinity yang bisa berdampak pada kesehatan mental pria itu sendiri dan juga bagaimana dia bersosialisasi.

Penasaran lebih jelasnya tentang hal ini? Yuk, simak artikel ini sampai habis dan pelajari ciri-ciri serta contoh yang kemungkinan bisa terjadi atau ditemukan di kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: Ubah Penampilanmu dengan 10+ Model Rambut Pria Wajah Bulat Gemuk, Bikin Kamu Terlihat Makin Slim! 

Toxic Masculinity Adalah

toxic masculinity
Sumber: Freepik.com

Apa itu toxic masculinity? Toxic masculinity adalah suatu tekanan budaya yang diberikan kepada pria untuk melakukan suatu sikap atau perilaku secara tertentu.

Hal tersebut memunculkan stigma yang menunjukkan bahwa pria harus memiliki kekuasaan, kekuatan, juga pantang dalam mengekspresikan emosi yang sedang mereka rasakan.

Maskulin itu sendiri pada dasarnya merupakan karakteristik yang baik. Hanya saja, mayoritas pria akan menghindari stigma tersebut dengan cara harus menunjukkan sisi maskulinitasnya.

Padahal hakikatnya setiap manusia baik itu pria maupun wanita memiliki sifat yang ramah, sensitif, dan lain sebagainya dan itu tidak ada salahnya.

Baca Juga: Terapkan Setiap Hari dengan Ikuti 8+ Cara Menjaga Kesehatan Kulit Pria Saat Puasa, Dijamin Bikin Kulit Sehat!

Ciri-Ciri Toxic Masculinity

toxic masculinity
Sumber: Freepik.com

Mengutip artikel dari situs Infrastructure Health & Safety Association terdapat tiga ciri utama dari perilaku toxic masculinity yang bisa kamu kenali dan temui adalah sebagai berikut.

  • Pria harus menolak perilaku maupun sikap yang feminim (anti-feminitas) yakni seperti menerima bantuan dan mengekspresikan suatu perasaan yang sedang dirasakan
  • Adanya keyakinan bahwasanya pria harus mengejar kekuasaan seperti status finansial atau status sosial supaya mendapatkan penghargaan dari orang lain’
  • Pandangan bahwa pria harus kuat secara mental dan fisik, tidak pernah menunjukkan emosinya, dan agresif

Adapun ciri-ciri lain yang perlu kamu ketahui dan pelajari di lingkungan sekitar yaitu

  • Tidak membutuhkan kenyamanan dan kehangatan
  • Tendensi untuk bersikap misoginis
  • Beranggapan bahwa lifestyle yang tidak sehat seperti minum minuman beralkohol, merokok, atau bahkan mengonsumsi obat-obatan terlarang dianggap keren
  • Homofobia dan heteroseksisme
  • Pria tidak boleh memiliki aktivitas hobi atau pekerjaan yang dilakukan oleh wanita seperti menjahit, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, memasak, dan lain-lain

Baca Juga: Terungkap! Ini Dia 6+ Cara Mengatasi Kebotakan Dini pada Pria yang Belum Banyak Diketahui dan Ampuh! 

Cara Mencegah Toxic Masculinity

toxic masculinity
Sumber: Freepik.com

Tekanan toxic masculinity memiliki risiko bagi pria seperti pelecehan seksual, kekerasan rumah tangga, sampai pemerkosaan karena tekanan tersebut tidak membangun rasa empati dikarenakan merasa kesepian dan juga terasingkan.

Ketika pria sejak dini sudah diberikan tekanan seperti ini nantinya ketika dewasa akan sulit merubah pola pikir bahwasanya pria harus kuat dan lain sebagainya.

Sejak dini orang tua harus memperbaiki pola asuh terhadap anak laki-lakinya untuk menghindari tekanan tersebut dan berdampak negatif ke anak laki-laki.

Sebelum hal itu terjadi dan menghindari dampak buruk berkepanjangan, maka kamu perlu tahu cara untuk mencegah toxic masculinity tersebut.

Tumbuhkan Rasa Empati

Untuk menumbuhkan rasa empati di dalam diri laki-laki adalah perlu dilatih dan diajarkan oleh orang tuanya. Adanya empati membuat pria dapat mengontrol emosinya dan juga paham akan perasaannya dan juga orang lain.

Lakukan hal sederhana seperti mengajarkannya bagaimana bersikap sopan dan memposisikan dirinya menjadi orang lain. Tunjukkan juga rasa hormat dan peduli dengan orang lain itu seperti apa. 

Ajarkan untuk Bisa Mengekspresikan Perasaan

Setiap gender pasti bisa merasakan emosi yang mereka rasakan. Ajarkan bahwasanya tidak ada salahnya laki-laki untuk mengungkapkan perasaannya dengan menunjukkan rasa sedihnya lewat menangis.

Beri pemahaman untuk boleh menangis ketika sedang sendiri atau sedang bersama orang yang dia percaya jangan ditempat umum yang sangat ramai.

Mengawasi Media Hiburan Anak

Media hiburan bisa diakses oleh anak melalui film, buku, bahkan smartphone. Awasi media yang sedang dilihatnya apabila bersifat toxic masculinity berikan penjelasan bahwa hal tersebut tidak patut untuk ditiru.

Ajarkan untuk Tidak Merendahkan Perempuan

Hindari untuk tidak mengatakan “jangan berbicara kayak perempuan” atau “Kamu jalannya kayak cewek” kepada anak laki-laki karena nantinya mereka akan memandang sebelah mata wanita dan sukar untuk menghargai wanita.

Baca Juga: Jerawat Muncul Tanpa Henti? Ini Dia 7+ Penyebab Munculnya Jerawat, Jangan Abaikan!

Contoh Toxic Masculinity

Ada beberapa contoh atau perilaku yang mencerminkan toxic masculinity adalah sebagai berikut.

Keyakinan Pria Harus Menjadi Tulang Punggung Keluarga

Toxic masculinity membuat batasan peran sosial dalam masyarakat berdasarkan gender. Pria selalu dianggap sebagai tulang punggung keluarga yang membuat kebanyakan pria menjadi selalu tertekan.

Maka dari itu, pria yang sedari dini ditanamkan tekanan toxic masculinity ini jarang atau bahkan melarang keras pasangannya untuk bekerja karena mencari uang adalah tugas mereka sebagai pria.

Anggapan Pertemanan Pria dan Wanita Tidak Mungkin Terjadi

Biasanya pria yang sudah terkena tekanan maskulinitas ini melihat perempuan hanya sebatas hubungan romantis dan seksual saja. Akibat dari anggapan tersebut membuat pria memiliki pandangan bahwa hubungan pertemanan antara pria dan wanita tidak mungkin terjadi.

Laki-Laki Tidak Bisa Menjadi Korban Kekerasan Seksual

Pria dengan tekanan maskulinitas akan beranggapan bahwa dirinya tidak akan pernah menjadi korban dari kekerasan seksual karena mengakui hal tersebut bagian dari menunjukkan sisi lemahnya.

Nyatanya, menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan bahwa kekerasan seksual pada tahun 2018 60 persen banyak dialami oleh anak laki-laki.

Menahan Emosi untuk Terlihat Maskulin

Perilaku toxic masculinity lainnya adalah menutupi dan menahan rasa sedih karena sikap tersebut dilihat hanya dilakukan oleh wanita saja. 

Maka dari itu, mereka para pria yang memiliki tekanan maskulinitas ini tidak akan berbicara mengenai emosional yang saat ini dirasakan karena takut dianggap lemah.

Itulah penjelasan mengenai toxic masculinity beserta ciri-ciri, cara mencegah, dan juga contoh yang bisa kamu ketahui dan pelajari. Nyatanya, tekanan tersebut tidak baik untuk dilakukan.

Apabila kamu sudah terjebak dengan lingkungan yang mengajarkan toxic masculinity yang mengganggu kualitas hidupmu untuk menjalani dengan orang lain sebaiknya segeralah periksa ke ahli profesional seperti psikolog.

Semoga artikel ini membantu kamu yang penasaran dengan toxic masculinity atau sedang mencari jalan keluar untuk keluar dari sikap tersebut.

Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *